Bangunan Pengendali Sedimen
1. Sabo dam
Kata sabo berakar pada dua kata dari
BahasaJepang yaitu sa, yang artinya pasir dan bo yang bermakna
pengendalian. Jadi secara harfiah, kata sabo berarti pengendalian pasir.
Bangunan dam sabo biasanya terletak di sungai di dekat gunung vulkanik
yang berfungsi mengontrol banjir debris. Balitbang PU memiliki institusi
khusus yang meneliti bangunan dam sabo ini. Terletak di Maguwoharjo,
Sleman, Yogyakarta. Balai Sabo telah banyak melakukan kerjasama dengan
pemerintah daerah dan perguruan tinggi terkait dengan kegiatan
penelitian dan pengembangan sabo. Tak hanya terbatas untuk pengendalian
sedimentasi vulkanik, Balai Sabo juga meneliti sedimentasi di daerah
non-vulkanik seperti permasalahan erosi dan tanah longsor. Persoalan
sedimentasi di daerah non-vulkanik ini dapat dijumpai antara lain di
Dieng, Wonosobo Jawa Tengah.
Tahun
2015 Balai Sabo sedang menggodok konsep penataan ruang untuk melakukan
sinkronisasi upaya penanggulangan bencana pengendapan dengan teknologi
sabo dan penataan ruang yang ada. Konsep ini dilakukan untuk penataan
ruang di Gunung Merapi. Disamping itu, Balai Sabo melakukan kegiatan
zonasi kawasan rawan bencana banjir lahar berdasarkan konsep teknologi
sabo di DAS Putih di lereng Merapi. Konsep “the right sabo in the right
place and in the right time” merupakan salah satu upaya mendorong
penerapan teknologi sabo sebagai penguat kapasitas kawasan dalam
menghadapi ancaman banjir lahar.
Pengendalian
banjir lahar ini dibagi menjadi tiga zona yaitu daerah hulu (daerah
produksi sedimen), daerah tengah (daerah transpor sedimen), dan daerah
hilir (daerah endapan sedimen). Penerapan teknologi sabo tergantung dari
zonanya. Di daerah hulu dilakukan dengan membangun dam seri tingkat
(stepped dam) dan dam pengendali sedimen (check dam). Selain itu
penggunaan vegetasi juga penting untuk menghambat laju produksi sedimen.
Tujuannya pembangunan dam ini untuk
menjaga longsoran tebing sungai akibat gerusan kaki tebing dan meredam tenaga gerusan. Sementara itu, di daerah tengah digunakan dam konsolidasi (consolidation dam) dan kantong sedimen/lahar (sand pocket) yang dimaksudkan untuk memperlambat kecepatan banjir, menstabilkan dasar sungai,
mengarahkan alur sungai, mengubah sifat aliran massa menjadi aliran individu, serta menahan dan mengendalikan material sedimen.
menjaga longsoran tebing sungai akibat gerusan kaki tebing dan meredam tenaga gerusan. Sementara itu, di daerah tengah digunakan dam konsolidasi (consolidation dam) dan kantong sedimen/lahar (sand pocket) yang dimaksudkan untuk memperlambat kecepatan banjir, menstabilkan dasar sungai,
mengarahkan alur sungai, mengubah sifat aliran massa menjadi aliran individu, serta menahan dan mengendalikan material sedimen.
Untuk
daerah hilir, dilakukan kanalisasi (channel works) dan pembangunan
ambang dasar (groundsill) serta tanggul. Jenis sabo dam yang dibangun di
daerah hilir ini bertujuan untuk mengatur arah alur sungai, mengalirkan
air banjir dan mencegah erosi dasar sungai, mengatur dan menstabilkan
kemiringan dasar sungai, dan mengamankan/melindungi lokasi muara sungai. Pembedaan bangunan sabo ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengendalikan banjir lahar di daerah vulkanik.
kemiringan dasar sungai, dan mengamankan/melindungi lokasi muara sungai. Pembedaan bangunan sabo ini diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengendalikan banjir lahar di daerah vulkanik.
2. Bendungan pengendali banjir lahar
Bangunan pencegah sedimen luruh (debris) yang terjadi di daerah pegunungan akibat luapan lahar dari meletusnya gunung berapi. Bangunan ini terdiri dari bendung penahan (bendung utama), kantong-kantong lahar, sub dam, dan lantai lindung.
3. Kantong lahar
Bahan-bahan endapan hasil letusan gunung berapi atau hasil pelapukan
batuan lapisan atas permukaan tanah yang oleh pengaruh air hujan
bergerak turun dari lereng-lereng gunung berapi atau pegunungan memasuki
bagian hulu alur sungai arus deras. Oleh aliran air sungai arus deras
ini bahan-bahan endapan ini bergerak turun baik secara massa maupun
secara fluvial dengan konsentrasi yang tinggi memasuki bagian sungai di
sebelah hilirnya.
Suplai sedimen yang berlebihan akan menimbulkan penyempitan penampang
sungai dan kapasitas alirannya akan mengecil. Di waktu banjir, maka
aliran banjir yang melalui ruas-ruas yang sempit akan meluap dan
menyebabkan terjadinya banjir yang merugikan.
Salah satu usaha yang dilaksanakan dalam rangka mengurangi suplai
sedimen ini adalah menampungnya baik untuk selama mungkin atau untuk
sementara pada ruangan-ruangan yang dibangun khusus yang disebut kantong
lahar. Dalam rangka pengendalian banjir lahar, kantong lahar ini
merupakan salah satu komponen sistem pengendalian banjir lahar. Di saat
terjadinya banjir lahar, bahan-bahan yang berukuran besar diharapkan
dapat tertahan pada deretan bendung penahan, sedangkan kantong-kantong
lahar diharapkan dapat berfungsi menahan dan menampung bahan-bahan
berbutir lebih halus (pasir dan kerikil), Dengan demikian suplai sedimen
ke bagian hilirnya akan dapat dikurangi, hingga pada tingkat yang
seimbang dengan kemampuan daya angkut aliran sungai sampai muaranya.
Selanjutnya pada daerah gunung berapi yang masih aktif, suplai
sedimen akan berlangsung secara terus-menerus tanpa berakhir. Dalam
keadaan demikian deretan bendung-bendung penahan dan bendung-bendung
pengatur tidak akan mampu menampung suplai sedimen yang terus-menerus
tanpa berakhir, maka kantong-kantong lahar akan sangat berperanan guna
menahan masuknya sedimen yang berlebihan ke dalam alur sungai, khususnya
ke dalam alur sungai-sungai di daerah kipas pengendapan. Guna
meningkatkan fungsi kantong-kantong lahar biasanya diusahakan supaya
kantong senantiasa dalam keadaan kosong, yaitu menggali endapan yang
sudah masuk ke dalamnya. Hasil galiannya biasanya dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bangunan, yang kualitasnya cukup baik , Pada gunung berapi
yang masih aktif dengan periode letusan yang panjang, diperlukan adanya
kantong yang cukup besar, jika perlu dengan membebaskan tanah-tanah
yang akan digunakan sebagai kantong secara permanen. Pada saat aliran
lahar terhenti dan sambil menunggu periode letusan selanjutnya, kantong
dapat dimanfaatkan untuk berbagai usaha pertanian.
https://fadlysutrisno.wordpress.com/2010/07/15/bangunan-pengendali-sedimen/
http://litbang.pu.go.id/berita/view/1267/dam-sabo-solusi-pengendalian-banjir-lahar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
berkomentarlah dengan kata yang sopan dan tidak menyinggung pengguna yang lain 😉🤗
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.